Market Wrap
Indeks di bursa saham Wall Street pada perdagangan kemarin ditutup menguat dipicu adanya harapan terkait reformasi kebijakan pajak yang yang sudah ditunggu
sejak kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Dow
Jones ditutup naik +196 poin (+0,90%) di level 21.900, S&P 500
membukukan penguatan +24 poin (+0,99%) di level 2.452, Nasdaq berakhir
positif +84 poin (+1,36%) di level 6.297. Pagi ini bursa Asia dibuka di zona hijau, sementara itu nilai tukar rupiah dibuka menguat +6 poin (+0,04%) di level 13.338.
Technical Ideas
Menguatnya
indeks di bursa saham Wall Street seiring dengan kenaikan minyak mentah
dan turunnya tingkat suku bunga diprediksi membawa indeks harga saham
gabungan bergerak menguat. IHSG diperkirakan berada pada rentang support di level 5.855 dengan resistance
di 5.905. Pergerakan aliran dana investor asing menjadi salah satu poin
yang bisa dicermati, mengingat investor asing masih mendominasi
pergerakan IHSG. Beberapa saham yang bisa dicermati antara lain:
· UNTR (Buy, TP: Rp30.100, Support: Rp29.000)
· EXCL (Spec Buy, TP: Rp3.460, Support: Rp3.380)
· WSKT (Buy, TP: Rp2.320, Support: Rp2.240)
· PTBA (Spec Buy, TP: Rp13.300, Support: Rp12.900)
News Highlight
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Sebanyak
75% pemegang sukuk sepakat untuk memberikan keringanan atas syarat
kondisi keuangan atas sukuk senilai US$ 500 juta yang diterbitkan tahun
2015 oleh emiten pelat merah itu. Persetujuan yang diperoleh dari bondholder ini bisa membuat GIAA terhindar dari potensi wanprestasi. Sebab, ada dua poin yang diajukan dalam proposal tersebut. Pertama, GIAA meminta untuk mengubah syarat-syarat dalam ketentuan sukuk. Kedua, jika bondholder setuju, GIAA akan memberikan insentif kepada pemegang sukuk yang menyetujui perubahan terhadap ketentuan tersebut.
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) Kapasitas
produksi pabrik kini telah mencapai 3,25 juta ton per tahun. Namun anak
usaha BUMN ini masih berambisi untuk ekspansi pabrik ke Kalimantan. WSBP
memperoleh pendanaan sebesar Rp 5,1 triliun dari penawaran umum perdana
pada 19 September 2016 lalu. Setelah dikurangi dengan biaya penawaran
umum, maka hasil bersih dari IPO ini adalah Rp 5,07 triliun. Rencana pembangunan pabrik ini pun sudah sempat diungkapkan Jarot Subana, Direktur Utama WSBP pada pertengahan Juli lalu.
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) memberikan return on equity jauh
di atas 100%. Sejauh ini, LPPF masih menjadi saham dengan ROE tertinggi
dibanding saham lain dalam indeks LQ45. Tapi, posisi ROE tersebut masih
berpotensi berubah. Apalagi, LPPF tengah dilanda sejumlah isu negatif
seperti lesunya penjualan sejumlah gerai LPPF. Tiesha Putri, analis DBS
Vickers Sekuritas mengatakan, hal itu tercermin dari same sales store growth (SSSG)
LPPF yang per Juli lalu kembali turun ke level minus 3%. Sehingga, ia
melihat masih ada potensi laba bersih LPPF turun. Menurut dia, laba
bersih LPPF hingga akhir tahun nanti sebesar Rp 2,12 triliun, naik
sebesar 5% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu Rp 2,02 triliun.
Bima Setiaji, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia menambahkan, potensi
tergesernya posisi LPPF baru bisa terjadi untuk beberapa waktu kedepan.
Sebab, jika ditelisik lebih lanjut, sejatinya lesunya kinerja LPPF
bukan sepenuhnya karena melemahnya daya beli, tapi beralihnya konsumen
ke sistem belanja online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar