Market Wrap
Indeks di bursa saham Wall Street pada perdagangan hari Rabu ditutup melemah setelah komentar Presiden Donald Trump yang ingin
membubarkan pemerintahannya jika Kongres mencegahnya untuk membangun
tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko yang merupakan janji kampanye
selama pemilu 2016. Dow Jones ditutup turun -88 poin (-0,40%) di level
21.812, S&P 500 mencatatkan pelemahan -8 poin (-0,35%) di level
2.444, Nasdaq berakhir negatif -19 poin (-0,30%) di level 6.278. Pagi ini bursa Asia dibuka di zona merah, sementara itu nilai tukar rupiah dibuka menguat +9 poin (+0,07%) di level 13.350.
Technical Ideas
Melemahnya
indeks di bursa saham Wall Street ditengah kenaikan harga minyak mentah
dan komoditas lainnya diprediksi membawa indeks harga saham gabungan
bergerak menguat. IHSG diperkirakan berada pada rentang support di level 5.890 dengan resistance
di 5.940. Pergerakan aliran dana investor asing menjadi salah satu poin
yang bisa dicermati, mengingat investor asing masih mendominasi
pergerakan IHSG. Beberapa saham yang bisa dicermati antara lain:
· ISAT (Spec Buy, TP: Rp6.650, Support: Rp6.425)
· ICBP (SoS, TP: Rp8.800, Support: Rp8.650)
· MAPI (SELL, Resist: Rp7.000, Support: Rp6.750)
· INCO (BoW, Resist: Rp3.120, Support: Rp2.840)
News Highlight
PT Timah Tbk (TINS) akan
menerbitkan surat utang dengan plafon sebesar Rp 2,8 triliun. Untuk
tahap pertama, nilai emisi yang diterbitkan Rp 1,5 triliun. Dari
jumlah tersebut, sebesar Rp 1,05 triliun atau setara 70% dari perolehan
dana akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure
(capex) perusahaan pelat merah ini. Porsi ini masih dibagi lagi menjadi
dua bagian, yakni 30% untuk rekondisi peralatan produksi dan 40% untuk
peningkatan kapasitas produksi perusahaan. Lalu,
sebesar Rp 450 miliar atau setara 30% dari perolehan dana surat utang
TINS akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang jangka pendek yang
berasal dari fasilitas kredit modal kerja rupiah.
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan pendapatan Rp1,94 triliun pada semester I/2017. Akan tetapi, laba bersihnya turun 39,5% menjadi Rp509,11 miliar. perseroan
membukukan laba bersih sebesar Rp509,11 miliar sepanjang semester
I/2017. Laba bersih tersebut turun 39,5% jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu yakni Rp841,99 miliar. Padahal,
perseroan mampu membukukan pendapatan Rp1,94 triliun, naik 7,18% dari
periode yang sama tahun lalu yakni Rp1,81 triliun. Pendapatan
yang tercatat perseroan berasal dari penyewaan menara telekomunikasi
kepada pihak ketiga yakni operator telekomunikasi.
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) kembali
mencari pendanaan baru melalui instrumen perbankan. Emiten tekstil
tersebut tengah memproses pinjaman sindikasi senilai US$ 100 juta atau
setara sekitar Rp 1,3 triliun. Dana tersebut untuk refinancing utang dan
working capital. Namun, sumber tersebut masih belum bisa memberikan
rincian porsi atas masing-masing alokasi penggunaan dana tersebut.
Namun, berdasarkan laporan keuangan SRIL kuartal I 2017, perusahaan ini
juga memiliki utang kepada tiga bank yang menjadi arranger tersebut.
Semua utangnya akan jatuh tempo pada 2018. SRIL memperoleh pinjaman dari
BNP Paribas total US$ 35 juta pada Agustus 2016 lalu dan akan jatuh
tempo pada Agustus 2018 nanti. Pinjaman itu terbagi menjadi dua bagian.
Ada juga pinjaman dari HSBC dan Taipei Fubon, jika dijumlahkan dengan
pinjaman lain maka utang bank jangka pendek SRIL per Maret lalu sebesar
US$ 66,76 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar